Oktober 30, 2012

Keterlambatan Berjalan Pada Anak, Penyebab dan Penanganannya


Kebanyakan orang tua mengharapkan anaknya bisa berjalan lebih cepat dibandingkan anak lainnya. Namun ternyata perkembangan motorik khususnya kemampuan berjalan usia normal anak bisa berjalan sebenarnya bervariasi mulai dari usia 9 bulan sampai 18 bulan. Orang tua harus mulai kawatir ketika anak tidak bisa berjalan ketika usianya sudah mencapai 18 bulan. Memang bisa berjalan saat usia 15-18 bulan adalah masih dalam batas normal tetapi biasanya anak seperti ini mempunyai gangguan motorik kasar dan gangguan keseimbangan yang ringan yang akan lebih baik diberikan intervensi dan stimulasi sejak dini. 
Pada umumnya anak terlambat jarang disertai keterlambatan gerakan motorik kasar lainnya dan gangguan keseimbangan. Seringkali orangtua atau beberapa dokter menganggap anak tidak percaya diri atau trauma saat berjalan. Padahal sebagian dari anak tersebut mengalami keterlambatan motorik kasar dan gangguan keseimbangan baik dalam tingkat yang ringan atau yang tidak ringan. Sebaiknya orangtua memperhatikan perkembangan motorik kasar, gangguan vestibularis dan gangguan sensoris pada anak yang sering menjadi pneyebab anak terlambat berjalan. 

Perkembangan Gerakan Motorik Normal

1.    6-8 bulan: Duduk dan merangkak dengan dua dengkul kaki.

2.   12-18 bulan: Berdiri tanpa bantuan, Berjalan dengan merambat ke perabotan di rumah, Berjalan 2 atau 3 langkah tanpa bantuan, Berjalan 10-20 menit tanpa bantuan.

3. 18-24 bulan: Berjalan tanpa kesulitan, Menarik mainan sambil berjalan, Membawa mainan besar sambil berjalan, Naik/turun bangku tanpa bantuan, Menemukan cara sendiri untuk berjalan mundur, Bisa naik/turun tangga dengan bantuan.

4.  24-36 bulan Umumnya mampu memanjat dengan baik, berjalan naik/turun tangga dengan menggunakan satu kaki per anak tangga, Berjalan jinjit.

 Penyebab Tersering 

1.       Ketidakmatangan Persarafan Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syaraf yang mengatur gerakan tersebut. Pada waktu anak dilahirkan, syaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syarat belum berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya, yaitu mengontrol gerakan-gerakanmotorik. Pada usia ± 5 tahun syaraf-syaraf ini sudah mencapai kematangan, dan menstimulasiberbagai kegiatan motorik. Otot-otot besar mengontrol gerakan motorik kasar, seperti berjalan,berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan otot-otot halusyang mengontrol kegiatan motorik halus, seperti menggunakan jari-jari tangan untuk menyusunpuzzel  , memegang pensil atau gunting membentuk dengan plastisin atau tanah liat, dan sebagainya.

2.       Gangguan Vestibularis atau keseimbangan Pada anak yang mengalami Dysfunction of sensory integration (DSI) sering mengalami gangguan keseimbangan Gangguan keseimbangan yang terjadi ini seringkali dianggap anak kurang percaya diri. Gangguan keseimbangan ini biasanya ditandai dengan anak takut saat berenang, menaiki mainan yang bergerak dan bergoyang seperti ayunan, mainan kuda-kudaan listrik  dengan koin, naik lift atau eskalator. Anak tidak suka naik umumnya di dalam mobil. Anak mungkin tidak kooperatif sebagai upaya menghindari sensasi yang membuat anak terganggu. Anak yang underreactive untuk input vestibular tampaknya tidak pusing bahkan setelah berputar untuk waktu yang lama, dan tampaknya menikmati gerakan cepat seperti berayun. Bila berjalan terburu-buru, gerakannya  canggung, mudah tersandung atau jatuh. Dia mungkin tidak membuat upaya untuk menangkap dirinya sendiri ketika dia jatuh. Anak tampak kesulitan memegang kepalanya sambil duduk. Anak tidak cenderung untuk melakukannya dengan baik dalam olahraga. Dia mungkin memiliki gaya canggung, atau gerakan yang tidak biasa  ketika bergerak lengan atau kepala. Biasanya juga disertai keterlambatan membaca, menulis, berbicara, dan persepsi visual-spasial yang khas.

3.       Keterlambatan ringan perkembangan motorik kasar Seorang anak yang terlambat berjalan, kemungkinan juga terlambat dalam duduk dan merangkak. Namun sayangnya, keterlambatan ini bukanlah hal pertama yang mungkin disadari oleh para orangtua. Jika ini penyebabnya, maka dokter akan melihat jalan anak dalam konteks yang berbeda dan mencari tahu berada dimana ia dalam rangkaian perkembangan motoriknya. Biasanya juga disertai keterlambatan membaca, menulis, berbicara, dan persepsi visual-spasial yang khas.

4.       Gangguan sensoris. pada anak tertentu anak sering mengalami sensitif pada telapak tangan dan kaki. Sehingga hal ini memgakibatkan anak sering jinjit. Selama ini jalan jinjit atau Tip Toe masih belum diketahui penyebabnya. Meskipun bukan karena kelainan anatomis. Selama ini orangtua menganggap hal itu adalah memang perilaku anak. Pada anak dengan gangguan sensoris raba biasanya disetai gangguan sensoris suara dan cahaya. Gangguan sensoris suara biasanya anak takut dan tidak nyaman ketika mendengar suara dengan frekuensi tertentu seperti suara blender, suara bayi menangis, suara gergaji listrik. Gangguan sensoris cahaya bioasanya anak sangat sensitif terhadap cahaya terang dan sinar matahari.

 Penyebab yang jarang

 1.       Gangguan persarafan  Gangguan persarafan berat akibat kelainan di otak seperti paska infeksi otak, tumor atau kelainan organ otak seperti tumor, hidrosefalus , infeksi kehamilan, gangguan paska persalinan seperti bayi lahir tidak menangis, infeksi berat (sepsis)

2.       Urutan Pada usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks, yaitukemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan motorik dengan seimbang seperti berlari sambi lmelompat, mengendarai sepeda.

3.       Latihan Beberapa kebutuhan anak usia dini yang berkaitan dengan pengembangan motoriknya perlu dilakukan latihan dengan bimbingan guru.  Banyak latihan motorik kasar maupun motorik halus. Kebutuhan untuk bergerak dan kebutuhan untuk mengungkapkan perasaan terdapat pada tiapinsan sejak dilahirkan. Kedua kebutuhan tersebut dapat disalurkan dengan bermain, melalui prgorampelatihan gerakan bagi anak usia dini.

4.       Motivasi Motivasi yang datang dari dalam diri anak perlu didukung dengan motivasi yang datang dariluar. Misalnya, dengan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan gerakmotorik serta menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak.Pengaruh kesempatan dan kebebasan anak untuk bergerak pada usia muda mengandungimplikasi terhadap pentingnya perkembangan keterampilan gerak anak. Kurangnya kesadaran orangdewasa termasuk guru-guru akan hal ini mengakibatkan langsung terhadap berkurangnya keuntunganyang dapat diperoleh, terutama untuk mencegah pengaruh yang menghambat tumbuh-kembang anaksecara keseluruhan.d.

5.       Pengalaman Perkembangan gerakan merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Latihan danpendidikan gerak pada anak usia dini lebih ditujukan bagi pengayaan gerak, pemberian pengalamanyang membangkitkan rasa senang dalam suasana riang gembira anak.

6.       Kurangnya keinginan dan Kesempatan. Jika si kecil tumbuh dan berkembang secara normal terlepas dari keterlambatannya berjalan, mungkin saja si kecil belum cukup memiliki keinginan ataupun kesempatan untuk berjalan.

7.       Tonus Otot. Gangguan tonus otot berupada hipotonia dan Hipertonia dapat menyebabkan gangguan saat berjalan. Hypotonia atau kondisi yang ditandai dengan penurunan berat otot dan Hypertonia atau kondisi yang ditandai dengan kenaikan berat otot juga dapat membuat anak sulit berjalan. Hypotonia menyebabkan seorang anak akan sulit memiliki keseimbangan dan kontrol atas gravitasi. Sebaliknya, hypertonia atau jika ada kelompok otot tertentu aktif maka kemungkinan anak akan memiliki tubuh yang kaku dan sulit mempertahankan keseimbangan.

8.       Masalah pada panggul. Meskipun kasus ini jarang terjadi namun diagnosa dokter menyebutkan bahwa masalah pada panggul juga bisa menjadi penyebab anak tidak berjalan tepat waktu.

9.       Keterlambatan perkembangan  Keterlambatan perkembangan dapat menyertai gangguan keterlambatan berjalan padanak di antaranya adalah seperti Retardasi mental atau Keterbelakangan Mental, Down Syndrome

Keterlambatan berjalan biasanya sering terjadi pada kelompok anak tertentu seperti :

1.   Bayi prematur

2.   Obesitas atau kegemukan

3.    Bayi lahir dengan berat badan rendah atau kurang dari 2.500 gram

4. Anak dengan gangguan hipersensitif saluraan cerna seperti Gastropoesepageal refluks, sering muntah, mual atau sering sulit buang air besar. Keadaan ini sering terjadi pada anak alergi atau hipersensitif saluran cerna

5.  Sangat jarang pada anak menderita tumor otak, Retardasi mental dan cerebral palsy

 Penanganan

1.       Jika terjadi keterlambatan si kecil dalam berjalan, maka langkah awal yanmg harus dilakukan adalah memastikan adanya gangguan persarafan dengan melakukan pemeriksaan Neurologis, penilaian terhadap fleksibilitas sendi, kekuatan otot dan berbagai gerakan.

2.       Bila penyebabnya disebabkan karena adanya keterlambatan motorik dan gangguan keseimbangan maka sebaiknya dilakukan beberapa stimulasi intervensi latihan untuk memperbaikinya.
3.       Stimulasi dan intervensi bila dilakukan pada keterlambatan berjalan yang ringan karena akan berdampak dengan kemampuan motorik lainnya dimasa depan.

4.       Terapi fisik yang dilakukan tenaga terlatih khususnya Dokter Spesialis Fisik dan Rehabilitasi untuk kasus dengan gangguan keterlambatan berjalan ringan hingga berat.

 Kriteria Penggolongan Keterlambatan Berjalan Disertai Intervensinya

1.       Bisa Berjalan usia 8 bulan-12 bulan : Kemammpuan berjalan sangat baik dan sangat cepat, biasanya anak demikian motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya sangat baik. Pada kelompok ini mungkin tidak perlu intervensi atau stimulasi karena anak akan belajar berjalan sendiri dengan baik tanpa bantuan.

2.       Bisa Berjalan usia 12 bulan-15 bulan : Kemampuan berjalan biasa dan rata-rata anak seusia. Biasanya anak demikian motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya normal. Pada kelompok ini mungkin intervensi atau stimulasi ringan akan lebih baik,

3.       Bisa Berjalan usia 15 bulan-18 bulan : Kemampuan berjalan normal tetapi  kurang optimal. Biasanya anak demikian kemampuan motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya kurang begitu baik. Pada kelompok ini perlu intervensi atau stimulasi ringan agar perkembangan motorik dan vestibularis lebih baik

4.       Bisa Berjalan usia 18 bulan-24 bulan : Kemampuan berjalan terlambat ringan. Biasanya anak demikian kemampuan motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya tidak baik. Pada kelompok ini harus dilakukan  intervensi atau stimulasi ringan agar perkembangan motorik dan vestibularis menjadi optimal. Sebaiknya dilakukan oleh arahan tenaga profesional seperti Dokter Spesialis Fisik dan Rehabilitasi

5.       Bisa Berjalan usia 24 bulan-32 bulan : Kemampuan berjalan terlambat berat. Biasanya anak demikian kemampuan motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya buruk. Dalam keadaan seperti ini biasanya disertai gangguan neurologis atau susunan saraf pusat. Pada kelompok ini harus dilakukan  intervensi atau stimulasi ringan agar perkembangan motorik dan vestibularis menjadi optimal. Stimulasi seperti tersebut harus  dilakukan oleh arahan tenaga profesional seperti Dokter Spesialis Fisik dan Rehabilitasi

6.       Belum bisa berjalan sampai usia 32 bulan : Kemampuan berjalan terlambat sangat berat . Biasanya anak demikian kemampuan motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya sangat buruk. Dalam keadaan seperti ini biasanya disertai gangguan neurologis atau susunan saraf pusat yang sangat berat seperti penderita Cerebral palsy.Pada kelompok ini harus dilakukan  intervensi atau stimulasi ringan agar perkembangan motorik dan vestibularis menjadi optimal. Stimulasi seperti tersebut harus  dilakukan oleh arahan tenaga profesional seperti Dokter Spesialis Fisik dan Rehabilitasi

 Stimulasi dan Intervensi Motorik Kasar:

1.       Eksplorasi Ruangan Rumah  Anak diberi kesempatan bereksplorasi ke segala penjuru rumah. Contoh, saat anak mulai merangkak dan merambat, kurangi penggunaan kata jangan agar tak menghalangi geraknya. Usahakan melepas anak dari gendongan sesering mungkin, sehingga otot kakinya lebih lincah bergerak.

2.       Latihan berjaklan dengan karpet bergambar  Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar-gambar yang menarik di  lantai. Minta anak untuk menginjak karpet/lantai.

3.       Mainan mendorong Mainan seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa didorong-dorong juga bisa membantu anak belajar berjalan.Ajak anak berjalan-jalan sore atau pagi. Bila kemampuannya masih sangat kurang, orangtua bisa melakukannya sambil menatih anak.

4.       Sediakan tongkat berputar yang bertumpu pada satu poros. Dengan berpegangan pada bilah yang melintang, secara tak langsung anak berlatih berjalan saat mendorong bambu tersebut.

5.       Gunakan Hang bar seperti yang ada di pusat-pusat terapi. Intinya ada satu benda kokoh yang digunakan untuk berpegangan saat keseimbangannya masih labil.

6.       Berjalan mundur Menarik mainan dari tempatnya membuat anak mengambil langkah mundur supaya dapat mengambil mainan tersebut. Berikan pengawasan ekstra bila anak mulai berjalan mundur.

7.       Naik turun tangga Pegang tangan satunya saat naik/turun tangga dan biarkan tangan satunya memegangi pegangan tangga. Jika di rumah tidak ada tangga, manfaatkan tangga atau undakan di luar rumah, seperi di taman bermain, di hotel, di rumah sakit, dan lainnya.

8.       Berjalan jinjit Tunjukkan pada anak bagaimana cara berjinjit. Lebih mengasyikkan kalau sambil mendengarkan lagu anak-anak yang riang.

Intervensi dan Stimulasi Vestibularis atau Kesimbangan

1.       Rotary Vestibular Movement Sistem vestibular dirangsang ketika kepala perubahan posisi seperti ketika seorang anak berubah-putar, hang terbalik, berjalan atau ayunan. Gerakan Rotary adalah salah satu bentuk yang paling kuat dari stimulasi vestibular karena menyebabkan perubahan yang cepat dalam posisi kepala. Hal ini begitu kuat dapat menyebabkan mual atau pusing. Namun saat dilakukan harus di bawah pengawasan seorang ahli terapi okupasional, berputar pada sepotong aparat ditangguhkan seperti ayunan adalah kegiatan pengobatan yang dapat meningkatkan integrasi sensorik. Kegiatan rotary lainnya termasuk: komidi putaran, ayunan ban dan menari.

2.       Vertical Movements atau Gerakan vertikal Beberapa anak mendambakan stimulasi intens disediakan saat melompat di atas trampolin. Gerakan naik turun merangsang telinga bagian dalam dan pada saat yang sama memberikan masukan sensorik ke otot-otot dan sendi karena mereka kompres bersama. Stimulasi sensorik ini dapat meningkatkan kesadaran tubuh dan organisasi otak. Kegiatan vertikal lain yang mengoptimalkan integrasi sensorik termasuk tongkat, menyelam dan menggantung terbalik saat bermain.

3.       Movement on Inclines atau Gerakan di tanjakan Gerakan di tanjakan, terutama ketika anak mempercepat dan berkurang kecepatannya, menyediakan perubahan kecil dalam posisi kepala, yang menyediakan rangsangan indra kuat. Terapis okupasi sering menggunakan kegiatan-termasuk papan skuter gerakan cepat ke bawah sebuah lereng. Pengalaman vestibular serupa terjadi selama naik eretan, bersepeda menuruni bukit dan ski. Selain itu, wahana hiburan banyak taman menawarkan jenis gerakan dengan percepatan dan perlambatan.

4.       Slow Vestibular Movement Activities Kegiatan Gerakan Lambat vestibular Beberapa anak dengan gangguan integrasi sensorik seperti Autism,  hiperaktif, impulsif dan pada dasarnya kewalahan oleh rangsangan sensorik di lingkungan. Anak-anak ini sering keuntungan dari aktivitas vestibular lambat. Seorang terapis okupasi dapat menempatkan anak di atas sebuah bola terapi (di perutnya) dan batu bola bolak-balik dengan lambat, gerakan teratur. Kegiatan lain vestibular lambat termasuk  papan luncur, gerakan lambat di dalam ayunan ganda atau berayun sisi ke sisi sambil dibungkus dengan selimut

 Prognosis

1.       Anak dengan keterlambatan berjalan biasanya juga disetrai keterlambatan lainnya seperti keterlambatan merangkak, duduk, berlari atau melompat.

2.       Anak dengan keterlambatan berjalan biasanya juga disertai gangguan motorik kasar dan keseimbangan. Pada keadaan ini harus diwaspadai biasanya anak mudah terjatuh dan tersandung. Saat jatuhpun biasanya anak lebih tidak bisa menguasai diri sehingga sering terbentur ke[pala atau dagunya.

3.       Di masa depan anak dengan keterlambatan berjalan biasanya tidak menyukai olahraga atau nilai olahraganyua tidak bagus. Anak seperti ini biasanya hanya senang melihat televisi, main game atau bermain di dalam rumah. Demikian juga saat sekolah biasanya hanya lebih senang menonton temannya yang sedang bermain di halaman.

4.       Tetapi pada anak dengan keterlambatan ringan motorik kasar biasanya akan mempunyai ketrampilan motorik halus yang sangat baik seperti kerajina tangan, menggunting, main puzzle, main game atau permainan elektronik lainnya. Biasanya kekmapuan tangan lebih baik daripada ketrampilan kaki. Sehingga olahraga yang lebih disukai dan dikuasai adalah tenis, basket, badminton dibandingkan olahraga lari atau sepakbola.

Penanganan Terkini Si Kaki Datar (Flat Feet, Pes Planus atau Fallen Arches)


Telapak kaki yang rata atau dikenal dengan sebutan kaki datar atau flat feet adalah salah satu kondisi yang paling umum ditemui oleh podiatris, yang dialami oleh sekitar 20 sampai 30% dari populasi di dunia. Flat feet, disebut juga pes planus atau fallen arches, mengacu pada suatu kondisi medis di mana lengkungan kaki rata atau datar. Seluruh bagian telapak kaki menempel atau hampir menempel pada tanah.
Flat feet atau flat foot adalah suatu keadaan dimana elastisitas atau kemampuan kaki atau tapak kaki yang menyerupai shock breaker sudah tidak ada atau molor sehingga jadi datar alias flat. Banyak orang-tua yang tidak menyadari bahwa anaknya menderita flat feet. Biasanya ibu-ibu datang membawa anaknya yang masih berusia 1 tahun, dengan keluhan kakinya datar/leper. Susah diprediksi, karena kaki bayi sampai umur 2,5 tahun masih variasi, itu normal. Namun, kalau lewat umur 3 tahun masih leper atau rata, berarti ada kelainan yang bakal bermasalah.
Pada kaki yang normal, terdapat urat yang berfungsi menarik sehingga telapak kaki cekung. Bagian itu bekerja seperti shock breaker, meredam gerakan ketika berjalan. Akibat urat fungsi shock breaker itu tidak ada, orang yang flat feet ini tidak bisa berjalan lama, cepat merasa letih, dan sakit pada kakinya. Bagi penderita kelainan ini harus memerhatikan berat badannya, jangan berlebihan (gemuk). Kegemukan akan menjadi beban pada kaki. Akibat lanjutannya, bisa arthritis (radang sendi), kaki bengkok atau kaki X, nyeri pada sendi-sendi sekitar kaki sampai pergelangan kaki.
Normalnya, harus ada ruang antara kaki dengan tanah. Namun pada beberapa orang, lengkungan telapak kaki ini tidak pernah ada, sedangkan beberapa orang lainnya memiliki lengkungan ketika kaki mereka tidak menyentuh tanah tetapi menghilang ketika mereka berdiri, dan pada orang lainnya telapak kaki datar berkembang seiring dengan bertambahnya usia mereka baik pada satu kaki atau kedua kaki.
Peran lengkungan kaki atau “kaki normal” adalah untuk menciptakan keselarasan yang optimal bagi anggota tubuh bagian bawah, panggul, dan punggung bawah. Memiliki “lengkungan normal” memungkinkan distribusi tekanandan berat badan ke seluruh permukaan kaki dan merata ke atas melalui tungkai. Ketidakmampuan tubuh kita untuk menjaga lengkungan kaki akan mengarah pada postur tubuh yang kurang baik, tidak hanya kaki, tapi seluruh tubuh. Biasanya, semakin datar telapak kaki seseorang, maka yang semakin serius terkena dampaknya adalah postur tubuh seseorang.
Kaki datar (pes planus atau telapak kaki yg rata) adalah sebuah referensi informal untuk suatu kondisi medis di mana lengkungan runtuh kaki, dengan telapak seluruh kaki bersentuhan lengkap atau mendekati lengkap dengan tanah. Pada beberapa individu (suatu 20-30% diperkirakan dari populasi umum) lengkungan hanya pernah berkembang di satu kaki (secara sepihak) atau kedua kaki (bilateral). 
Menjadi flatfooted tidak menurun footspeed; memiliki kaki datar tidak mempengaruhi respon seseorang untuk tes refleks plantar. Kaki rata Fleksibel adalah normal pada bayi, anak dan orang dewasa. Kaki datar seringkali merupakan ciri khas keluarga diwariskan. Munculnya kaki rata adalah normal dan umum terjadi pada bayi, sebagian karena “lemak bayi” yang topeng lengkungan berkembang dan sebagian karena lengkungan belum sepenuhnya dikembangkan. Lengkungan manusia berkembang pada masa bayi dan anak usia dini sebagai bagian dari otot normal, tendon, ligamen dan pertumbuhan tulang. Pelatihan kaki, terutama oleh senam kaki dan pergi tanpa alas kaki di berbagai medan, dapat memfasilitasi pembentukan lengkungan waktu kecil, dengan lengkungan dikembangkan untuk sebagian besar terjadi pada usia empat sampai enam tahun. Lengkungan datar pada anak biasanya menjadi lengkungan yang tepat dan lengkungan tinggi sementara anak berlangsung melalui masa remaja dan menjadi dewasa. Karena anak-anak muda tidak mungkin untuk mencurigai atau mengidentifikasi kaki rata pada mereka sendiri, itu adalah ide yang baik untuk orang tua atau pengasuh dewasa lainnya untuk memeriksa ini sendiri. 
Selain inspeksi visual, orangtua harus melihat apakah seorang anak mulai berjalan aneh, misalnya di tepi luar dari kaki, atau pincang, selama berjalan-jalan, dan meminta anak apakah dia merasa sakit kaki atau kelelahan selama seperti berjalan.

Ada beberapa tipe kaki datar, antara lain:

1.Kaki Datar Fleksibel (Flexible Flat Feet)Ini adalah tipe kaki datar yang paling umum. Kaki mungkin tampak datar ketika dalam posisi menahan berat seperti berdiri, namun, ketika seseorang berdiri pada ujung kakinya maka lengkungan kaki akan terbentuk kembali atau jika seseorang tersebut menarik kembali ibu jari kakinya dan mengangkatnya dari atas tanah, maka lengkungan juga akan terbentuk kembali. Kondisi ini muncul akibat kelemahan yang berlebihan dari kapsul sendi dan ligamen yang menopang sendi kaki, yang memungkinkan lengkungan kaki untuk turun ketika diberi beban. Meskipun kondisi ini bisa terjadi tanpa menimbulkan rasa sakit, lama kelamaan karena meningkatnya tekanan yang diberikan pada sendi-sendi dan jaringan lunak, rasa sakit dapat berkembang karena cedera berlebihan, degenerasi sendi, dan peningkatan tekanan. Rasa sakit tidak hanya terjadi di kaki Anda, tapi juga pergelangan kaki, lutut, pinggul, dan punggung. Ketika kita masih muda, tubuh kita lebih kuat dan lebih mampu memperbaiki kerusakan dan degenerasi yang terjadi. Namun, seiring dengan bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memperbaiki akan melambat secara drastis. Selain itu, ketika usia kita bertambah maka kita dapat mengalami kenaikan berat badan, yang meningkatkan tekanan pada jaringan lebih besar lagi. Karena tubuh tidak mampu memperbaiki dirinya sendiri dengan cukup cepat, hasilnya adalah rasa sakit yang kronis. Ketidakseimbangan otot juga berkembang karena aktivitas ekstra dari beberapa otot yang dipaksa untuk bekerja dan kurangnya otot-otot lain untuk bekerja.

2.Kaki Datar Kaku (Rigid Flat Feet) Kondisi ini dapat berkembang pada orang dewasa sebagai perkembangan dari kaki datar fleksibel. Karena sendi mengalami rematik maka sendi pun berkembang menjadi kaki datar yang kaku. Rigid flat feet adalah tipe kaki datar yang paling langka dan merupakan sebuah temuan yang signifikan. Dalam kondisi ini, seseorang tidak memiliki lengkungan sama sekali, baik ketika dalam posisi menahan beban ataupun tidak. Kondisi ini mungkin menandakan adanya kelainan tulang, kelainan genetik sejak lahir, kondisi neurologis, ketidakseimbangan otot, penggabungan sendi (di mana dua tulang menyatu) atau cedera otot (terkait trauma atau penggunaan otot berlebihan). Rigid flat feet menimbulkan kaku yang sangat tidak fleksibel.

Penyebab

Umumnya flat feet adalah kelainan yang diturunkan dari generasi ke generasi, misalnya dari ayah ke anaknya, dst. Pada banyak kasus, flat feet juga disebabkan oleh masalah biomekanis pada kaki. Ini berakibat pada cara berjalan yang abnormal karena berubahnya otot-otot dan sendi-sendi kaki sehingga masuk ke bagian dalam kaki. Tendon yang cedera juga dapat menyebabkan flat feet. Selain itu, cerebral palsy (penyakit saraf) dan kelainan otot juga dapat menyebabkan kondisi flat-feet.

Tanda dan gejala

1.Penderita disuruh menginjak keset basah, lalu berjalan kaki di lantai kering. Kalau gambar kaki (tapaknya) ada lengkungan di tengah (kosong), artinya normal. Namun, kalau gambar kakinya basah semua, artinya flat feet.

2.Ciri lainnya, seseorang dengan flat feet jika berjalan sering jatuh, cepat capai, mengeluh sakit kaki. Bahkan, pada beberapa kasus mereka merasakan sakit punggung

Diagnosis

1.Seperti kelainan kaki dan kelainan ankle pada umum pemeriksaan radiorafi weight-bearing harus wajib dikerjakan

2.3 weight-bearing kaki (anteroposterior [AP], oblique, and lateral) dan 3 weight-bearing ankle (AP, mortise, and lateral).

3.Evaluasi kolapnya longitudinal arch sebagian besar tergantung pada menahan beban radiografi lateral. Sumbu sudut talar pertama metatarsal pada radiograf lateral weight-bearing foot radiograph adalah parameter yang paling diskriminatif radiografi pada pasien dengan symptomatic flatfoot.

4.Jarak antara runcing medial dan lantai adalah cerminan kuat dari lengkung medial keruntuhan dan kelasi.

5.Fitur tambahan dari deformitas flatfootditandai talar plantar flexion and decreased calcaneal pitch pada tampak lateral

6.AP standing foot projection digunakan untuk mengevaluasi uncoverage kepala talar sekunder untuk deviasi lateral navicular.

7.Sebagai peritalar meningkat subluksasi lateral, sudut talonavicular dan tulang navicular, masing sudut meningkat.

8.AP standing foot projection pergelangan kaki dievaluasi untuk bukti kemiringan talar valgus dengan subluksasi resultan, arthrosis, atau keduanya. Pandangan pergelangan kaki sangat penting pada pasien yang telah diperbaiki valgus hindfoot.

9.Hindfoot keselarasan dapat dievaluasi lebih lanjut pada bidang aksial dengan pandangan Buck yang disebut, seperti yang dijelaskan dalam sebuah studi tahun 1995 oleh Saltzman dan el-Khourylateralis tibialis-kalkanealis sudut yang diukur pada pergelangan kaki lateral yang berdiri x-ray. mengidentifikasi pasien dengan kontraktur tendon Achilles.

10.Meskipun sangat tergantung pada teknik dan pengalaman penafsir, magnetic resonance imaging (MRI) bisa sangat sensitif dan spesifik dalam evaluasi dewasa yang didapat deformitas kelasi (AAFD); MRI memberikan evaluasi yang sangat rinci baik anatomi tulang dan jaringan lunak .

11.Dalam kebanyakan kasus, bagaimanapun, posterior tendon disfungsi (PTT) tibialis bisa cukup didiagnosis dengan pemeriksaan fisik dan radiografi menyeluruh. Karena biaya MRI, rasio biaya-untuk-manfaat harus dievaluasi; pemeriksaan MRI paling harus disediakan untuk pasien yang memiliki gambaran klinis yang membingungkan.

12.Menentukan jumlah degenerasi sendi dengan computed tomography (CT) scanning pada pasien yang memiliki penyakit kronis mungkin bermanfaat, namun, modalitas ini tidak memberikan informasi lengkap tentang patologi tendon.

13.Pada pasien dengan stadium akhir AAFD and lateral hindfoot pain, CT scan dapat menunjukkan 2 peristiwa ekstra-artikulartulang (sinus tarsi dan pelampiasan calcaneofibular


Penanganan

1.Terapi Orthotic Foot orthotic fungsional adalah perangkat medis yang terbuat dari cetakan kaki tanpa diberi beban (plester gips) atau scan 3D kaki Anda. Alat ini dirancang untuk mengontrol penyelarasan dan fungsi kaki dan anggota tubuh bagian bawah dan digunakan untuk membatasi gerakan seperti pronasi berlebihan. Orthotic tidak hanya bekerja dengan prinsip untuk menopang lengkungan. Orthotic juga meluruskan kembali struktur kaki dan kaki untuk mencegah kelainan struktur tulang serta otot, tendon, dan kelelahan ligamen. Penting untuk memastikan alat ini berfungsi dengan baik untuk memfasilitasi fungsi kaki. Alat ini bekerja untuk meningkatkan efisiensi biomekanisme dalam interaksi antara kaki dengan tanah. Orthotic dirancang dengan standar yang tepat, menggunakan teknologi terbaru dalam biomekanik dan dibuat khusus untuk kaki Anda, berdasarkan biomekanik dan morfologi kaki Anda. Perangkat ini bertujuan untuk mengontrol gerakan sendi dengan tepat, memfasilitasi dan meningkatkan gerakan pada sendi tertentu sementara membatasi gerakan sendi yang lain, dengan tujuan keseluruhan untuk mempersiapkan kaki untuk keselarasan kaki yang optimal dan memfungsikan setiap tahap dari siklus berjalan. Keselarasan kaki yang optimal juga akan membantu terciptanya keselarasan tubuh bagian bawah dan panggul yang tepat. Dengan berpijaknya kaki Anda pada orthotic yang didesain dengan tepat, maka akan dengan mudah dan konsisten membantu posisi yang benar (atau setidaknya posisi yang lebih baik) untuk berjalan, berlari, dan berdiri. Karena kaki Anda sekarang berfungsi lebih efisien, rasa sakit akibat ketegangan otot dan titik tekanan pun akan teratasi, dan perkembangan deformitas dapat ditunda atau dihentikan

2.Penanganan lebih awal akan lebih baik. Datangilah ahli ortopedi atau ke bagian rehabilitasi medis di rumah sakit.

3.Latihan-latihan untuk memperkuat otot kaki.

4.Penggunaan sepatu khusus yang diberi bantalan ekstra pada bagian dalam kaki.

5.Dokter tidak akan menyarankan perawatan apa pun hingga anak berusia lebih dari tiga sampai empat tahun, membiarkan lemak-bayi`menghilang lebih dulu.

6.Perawatan umumnya akan terfokus pada pembentukan lengkungan kaki agar tidak terus tumbuh dengan betuk lurus, dengan menggunakan penahan lengkungan kaki. Karena anak-anak tumbuh dengan cepat, akan lebih baik menggunakan penahan plastik yang murah, daripada yang dibuat khusus (sesuai ukuran). Pengganjal sepatu dan penahan tumit dapat membantu mengurangi sakit yang berkelanjutan.

7.Modifikasi aktivitas

8.Penurunan berat badan

9.Perawatan atau pengobatan flat feet diperlukan apabila terdapat rasa sakit pada kaki, tungkai, atau tumit, bahkan punggung.Obat hanya untuk membantu mengatasi peradangan

10.Perawatan dapat dilakukan dengan penahan lengkungan kaki/orthotics, senam kaki, atau latihan lain yang direkomendasikan oleh dokter.

11.Operasi dianggap sebagai jalan terakhir, meskipun dapat membentuk lengkungan, tetapi sangat mahal. Intervensi bedah sebagian besar untuk kondisi rigid flat feet


Terapi bedah

Pengobatan operatif dapat melibatkan jaringan lunak prosedur sendiri, jaringan lunak prosedur dengan penambahan osteotomy, atau arthrodesis. Meskipun klasifikasi yang dibahas di atas (lihat Staging) tidak aman, itu bisa sangat berguna dalam pembahasan manajemen dewasa diperoleh kelasi kelainan (AAFD). Terlepas dari panggung, manajemen operasi hanya dapat dipertimbangkan setelah manajemen konservatif tidak berhasil. Prosedur bedah yang dipilih harus mengatasi semua cacat tetap dan dinamis untuk setiap pasien.

Tahap 1

1.Menurut definisi, pasien dengan stadium 1 planus pes tidak menunjukkan kelainan klinis dan adalah kelompok dengan kemungkinan tertinggi menanggapi manajemen konservatif. Jika pasien dievaluasi dalam keadaan akut, ia dapat diobati dengan percobaan jangka pendek dari imobilisasi.

2.Casting dapat dilengkapi dengan uji coba obat anti-inflammatory drugs (NSAID). Seringkali, percobaan pengecoran harus selama satu bulan sebelum efek klinis yang signifikan dicatat. Setelah gejala akut telah berkurang, pasien dapat diberikan percobaan terapi fisik, yang akan terdiri dari peregangan dan penguatan, dan modalitas seperti iontophoresis.

3.Jika kondisi pasien tidak membaik dengan manajemen konservatif atau jika gejala-gejala pasien cukup kronis di alam, maka pertimbangan dapat diberikan untuk intervensi bedah. Sifat dari intervensi ini, sekali lagi, adalah kontroversial.

4.Secara tradisional, tahap 1 penyakit telah ditangani dengan debridement dan tenosynovectomy dari PTT sakit. Sebuah tinjauan retrospektif terhadap atlet muda dengan stadium 1 penyakit yang diobati dengan debridement mengungkapkan suatu kemungkinan yang sangat baik untuk kembali ke tingkat sebelumnya aktivitas atletik.”Debridement harus disediakan untuk pasien yang tidak menunjukkan kelainan klinis atau kelemahan.

Tahap 2

1.Banyak pasien dengan stadium I dan II AAFD dapat diobati secara efektif dengan nonoperatively orthoses (baik pendek, diartikulasikan pergelangan kaki-kaki orthosis [AFO] atau orthosis kaki) dan latihan terstruktur.

2.Alvarez et al. Mempelajari pasien dengan stadium 1 dan 2 AAFD (tanpa ruptur tendon lengkap). Pada akhir dari protokol pengobatan, kebanyakan pasien memiliki rasa sakit yang minimal atau tidak ada, bisa berjalan berjinjit, tidak dibatasi oleh jarak berjalan kaki, dan bisa melakukan SSHR tanpa rasa sakit [satu-sisi tumit kenaikan].

3.Jika pengobatan konservatif gagal yang sesuai untuk pasien dengan penyakit stadium II, manajemen bedah dapat dipertimbangkan. Prosedur bedah yang tepat dipilih untuk tahap II sangat bervariasi, dan tulang banyak dan jaringan lunak operasi rekonstruksi telah dijelaskan untuk mengobati berbagai presentasi tahap II patologi.

4.Manajemen Bedah penyakit II tahap biasanya melibatkan kedua jaringan lunak (FDL transfer) dan a (medializing osteotomy kalkanealis) tulang rekonstruksi (lihat gambar pertama di bawah).Prosedur ini telah menghasilkan hasil yang sangat baik dengan komplikasi minimal dan tinggi tingkat kepuasan . Para osteotomy (dan pergeseran medial berikutnya) dari tuberositas kalkanealis menggeser lengan momen kompleks gastrocsoleus medial dengan sumbu subtalar.Hal ini kemudian menghasilkan sebuah kekuatan inversi yang melindungi rekonstruksi jaringan lunak medial. Para hipertrofi FDL ditransfer otot secara signifikan karena mengkompensasi PTT sakit.

5.Intraoperatif gambar pada pasien dengan pes planus. (A) M. fleksor digitorum longus transfer ke tulang navicular. (B) ligamen yang robek musim semi. Aksial citra resonansi magnetik yang menunjukkan pergeseran kalkanealis medial.Lebih maju tahap II penyakit mungkin berhubungan dengan ketidakstabilan kolom medial, penculikan kaki depan berat, atau varus kaki depan parah. Dalam skenario klinis, tambahan rekonstruktif teknik mencakup prosedur kolom lateral dan medial tulang. Prosedur kolom tulang rusuk termasuk kolom lateral yang memanjang (LCL) melalui proses anterior calcaneus (hemat sendi) dan arthrodesis gangguan calcaneocuboid (non-sendi sparing). Perpanjangan dari kolom lateralis melalui proses anterior calcaneus dapat berhasil dilakukan dengan baik autografts atau allografts.Kedua teknik memberikan kekuatan korektif yang kuat melalui terjemahan medial dan plantar navicular di kepala talar, efektif memulihkan lengkungan longitudinal dan mengoreksi penculikan kaki depan.

6.Prosedur kolom medial tulang ditunjukkan ketika sisa kaki depan varus ada setelah perpanjangan kolom lateral.Sisa kaki depan varus mencegah pembentukan kaki plantigrade dan menghasilkan kelebihan kolom gejala lateral. Untuk mengurangi kelebihan beban, yang berhubungan dengan LCL, penelitian klinis dan biomekanik telah mendukung penggunaan prosedur medial ke beban mendistribusikan ke kolom medial.prosedur kolom tersebut medial tulang termasuk plantarflexion baji membuka osteotomies medial runcing (sparing bersama ) dan plantarflexion arthrodesis dari artikulasi tarsometatarsal pertama (non-sendi sparing). Atau, medial jaringan lunak rekonstruksi teknik juga telah terbukti berguna untuk mengoreksi supinasi terkait kelainan bentuk kaki depan. Prosedur Cobb melibatkan penggunaan cangkok tendon tibialis anterior parsial yang dialihkan melalui runcing pertama ke tunggul proksimal PTT .

7.Prosedur tambahan yang dirancang untuk memperbaiki deformitas planovalgus pes adalah subtalar arthroereisis. Prosedur ini melibatkan penempatan sebuah plug atau sekrup-jenis implan dalam upaya untuk memperbaiki malalignment rotasi sendi subtalar.Hasil jangka panjang dari subtalar arthroereisis telah dipertanyakan;. sejumlah besar pasien mengembangkan gigih nyeri sinus tarsi yang memerlukan penghapusan implan. Penelitian terbatas pada prosedur ini pada pasien dewasa berarti bahwa ada bukti yang cukup untuk membuat rekomendasi untuk atau terhadap prosedur ini.

Tahap 3

1.Pada stadium 3 penyakit, manajemen konservatif terbatas pada pengobatan OAINS dan manajemen orthotic dengan Brace Arizona (Arizona AFO, Inc, Mesa, Ariz) (lihat gambar di bawah). Orthotics harus akomodatif daripada korektif karena cacat tetap. Sepatu modifikasi (ukuran lebih besar, satu-satunya rocker) sering diperlukan. Kemungkinan keberhasilan dalam menghilangkan rasa sakit meskipun tindakan ini relatif rendah.

2.Tujuan operasi adalah untuk menghilangkan rasa sakit dan untuk mengembalikan keselarasan kaki. Arthrodesis terisolasi dari sendi subtalar diindikasikan pada pasien dengan arthrosis subtalar atau keselarasan hindfoot tetap dengan deformitas kaki depan fleksibel. Arthrodesis talonavicular terisolasi diindikasikan untuk pengelolaan sendi talonavicular tidak stabil di hadapan gabungan subtalar fleksibel dalam pasien yang lebih tua dari 50 tahun.

3.Di sisi lain, arthrodesis ganda (fusi dari sendi calcaneocuboid dan sendi talonavicular tanpa mengatasi sendi subtalar) diindikasikan pada pasien muda. Sebuah arthrodesis tiga diindikasikan untuk kasus deformitas sendi dan tetap subtalar kaku varus kaki depan. Jangka panjang tindak lanjut penelitian telah menunjukkan bahwa arthrodesis tiga dikaitkan dengan memakai meningkat pada sendi pergelangan kaki dan tingkat yang lebih tinggi pergelangan kaki arthrosis degeneratif.

4.Tidak ada studi banding hingga saat ini telah menunjukkan tingkat yang lebih rendah arthrosis bersama berdekatan dengan fusi terbatas di atas relatif terhadap arthrodesis tiga. Untuk alasan ini, arthrodesis tiga terus menjadi standar kriteria untuk pengobatan stadium 3 AFDD.

5.Radiografi dari kaki pada pasien dengan pes planus. (A) Preoperative radiograf dari disfungsi 3 kelas tendon tibialis posterior. (B) Tiga bulan setelah arthrodesis tiga dengan serikat tulang.Tahap 4Tahap 4 adalah penyakit langka dan sering membutuhkan arthrodesis pantalar atau arthrodesis tibiotalocalcaneal.

6.manajemen Konservatif adalah serupa dengan stadium 3 penyakit dan sering menggunakan kawat gigi akomodatif yang melumpuhkan pergelangan kaki serta kaki.

7.Arthrodesis Tibiotalocalcaneal melibatkan fusi dari sendi pergelangan kaki dan sendi subtalar. Pantalar arthrodesis melibatkan fusi pergelangan kaki dan, sendi subtalar talonavicular, calcaneocuboid, dan tibiotalar. Operasi ini secara teknis menuntut di alam dan dianggap prosedur penyelamatan.
 Source: childrenfootclinic