Penyakit
Obsesif-Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah
gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan mengganggu,
yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan. Kompulsi adalah desakan atau
paksaan untuk melakukan sesuatu yang akan meringankan rasa tidak nyaman akibat
obsesi.
Gangguan
Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD) adalah kondisi dimana
individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi
yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan
tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat
kecemasannya. Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana
dalam kehidupan individu didominasi oleh repetatif pikiran-pikiran (obsesi)
yang ditindaklanjuti dengan perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi) untuk
menurunkan kecemasannya.
Penderita
gangguan ini mungkin telah berusaha untuk melawan pikiran-pikiran menganggu
tersebut yang timbul secara berulang-ulang akan tetapi tidak mampu menahan
dorongan melakukan tindakan berulang untuk memastikan segala sesuatunya
baik-baik saja.
PENYEBAB
Penyebabnya
tidak diketahui. Gangguan obsesif-kompulsif tidak ada kaitan dengan bentuk
karakteristik kepribadian seseorang, pada individu yang memiliki kepribadian
obsesif-kompulsif cenderung untuk bangga dengan ketelitian, kerapian dan perhatian
terhadap hal-hal kecil, sebaliknya pada gangguan obsesif-kompulsif, individu
merasa tertekan dengan kemunculan perilakunya yang tidak dapat dikontrol.
Mereka merasa malu bila perilaku-perilaku tersebut dipertanyakan oleh orang
yang melihatnya karena melakukan pekerjaan yang secara berulang-ulang. Mereka
berusaha mati-matian untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.
Penyebab
Obsesif Kompulsif adalah:
1.
Genetik - (Keturunan). Mereka yang mempunyai
anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan beresiko
mengalami OCD (Obsesif Compulsive Disorder).
2.
Organik – Masalah organik seperti terjadi
masalah neurologi dibagian - bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor
bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan
ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD.
3.
Kepribadian - Mereka yang mempunyai kepribadian
obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki
kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan,
seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan
tidak mudah mengalah.
4.
Pengalaman masa lalu - Pengalaman masa
lalu/lampau juga mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di
antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.
5.
Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan
depresi atau riwayat kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita
obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan
6.
Konflik - Mereka yang mengalami gangguan ini
biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal dari masalah hidup. Contohnya
hubungan antara suami-istri, di tempat kerja, keyakinan diri.
Gangguan
obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi, atau riwayat kecemasan
sebelumnya. Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif seringkali juga
menunjukkan gejala yang mirip dengan depresi. Perilaku yang obsesif pada ibu
depresi berusaha berkali-kali atau berkeinginan untuk membunuh bayinya.
INDIVIDU YANG BERISIKO
Individu
yang beresiko mengalami gangguan obsesif-kompulsif adalah;
1.
Individu yang mengalami permasalahan dalam
keluarga dari broken home, kesalahan atau kehilangan masa kanak-kanaknya.
(teori ini masih dianggap lemah namun masih dapat diperhitungkan)
2.
Faktor neurobilogi dapat berupa kerusakan pada
lobus frontalis, ganglia basalis dan singulum.
3.
Individu yang memilki intensitas stress yang
tinggi
4.
Riwayat gangguan kecemasan
5.
Depresi
6.
Individu yang mengalami gangguan seksual
GEJALA
Obsesi
yang umum bisa berupa kegelisahan mengenai pencemaran, keraguan, kehilangan dan
penyerangan. Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan
berulang, dengan maksud tertentu dan disengaja.
Sebagian
besar ritual bisa dilihat langsung, seperti mencuci tangan berulang-ulang atau
memeriksa pintu berulang-ulang untuk memastikan bahwa pintu sudah dikunci.
Ritual lainnya merupakan kegiatan batin, misalnya menghitung atau membuat
pernyataan berulang untuk menghilangkan bahaya.
Penderita
bisa terobsesi oleh segala hal dan ritual yang dilakukan tidak selalu secara
logis berhubungan dengan rasa tidak nyaman yang akan berkurang jika penderita
menjalankan ritual tersebut. Penderita yang merasa khawatir tentang pencemaran,
rasa tidak nyamannya akan berkurang jika dia memasukkan tangannya ke dalam saku
celananya. Karena itu setiap obsesi tentang pencemaran timbul, maka dia akan
berulang-ulang memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
Sebagian
besar penderita menyadari bahwa obsesinya tidak mencerminkan resiko yang nyata.
Mereka menyadari bahwa perliku fisik dan mentalnya terlalu berlebihan bahkan
cenderung aneh.
Penyakit
obsesif-kompulsif berbeda dengan penyakit psikosa, karena pada psikosa
penderitanya kehilangan kontak dengan kenyataan. Penderita merasa takut
dipermalukan sehingga mereka melakukan ritualnya secara sembunyi-sembunyi.
Sekitar sepertiga penderita mengalami depresi ketika penyakitnya terdiagnosis.
Gejala
ditandai dengan pengulangan (repetatif) pikiran dan tindakan sedikitnya 4 kali untuk
satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu
selanjutnya. Gejala utam obsesi-kompulsif harus memenuhi kriteria:
1.
Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut
disadari sepenuhnya oleh individu atau didasarkan pada impuls dalam dirinya
sendiri. Individu juga menyadari bahwa perilakunya itu tidak rasional, namun
tetap dilakukan untuk mengurangi kecemasan.
2.
Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh oleh
individu dan berusaha melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut
sekuat tenaga, namun tidak berhasil.
3.
Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan
perasaan lega, rasa puas atau kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa
khawatir secara berlebihan dan mengurangi stres yang dirasakannya.
4.
Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku)
sifatnya berulang-ulang secara terus-menerus dalam beberapa kali setiap
harinya.
CIRI-CIRI OBSESIF KOMPULSIF
Simptom
dari Obsesif Kompulsif ditandai dengan pengulangan (repetatif) pikiran dan
tindakan sedikitnya 4 kali untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung
selama 1 sampai 2 minggu selanjutnya. Gejala utama obsesi-kompulsif harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.
Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut
disadari sepenuhnya oleh individu atau didasarkan pada impuls dalam dirinya
sendiri. Individu juga menyadari bahwa perilakunya itu tidak rasional, namun
tetap dilakukan untuk mengurangi kecemasan.
2.
Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh
individu dan berusaha melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut
sekuat tenaga, namun tidak berhasil.
3.
Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan
perasaan lega, rasa puas atau kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa
khawatir secara berlebihan dan mengurangi stres yang dirasakannya.
4.
Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku)
sifatnya berulang-ulang secara terus-menerus dalam beberapa kali setiap
harinya.
5.
Obsesi dan kompulsi menyebabkan terjadinya
tekanan dalam diri penderita dan menghabiskan waktu (lebih dari satu jam
sehari) atau secara signifikan mengganggu fungsi normal seseorang, atau
kegiatan sosial atau suatu hubungan dengan orang lain.
6.
Penderita merasa terdorong untuk melakukan
ritual, yaitu tindakan berulang seperti mencuci tangan & melakukan
pengecekan dengan maksud tertentu.
BERBAGAI PERILAKU GANGGUAN YAN SERING
TERJADI :
1.
Membersihkan atau mencuci tangan
2.
Memeriksa atau mengecek
3.
Menyusun
4.
Mengkoleksi atau menimbun barang
5.
Menghitung atau mengulang pikiran yang selalu
muncul (obsesif)
6.
Takut terkontaminasi penyakit/kuman
7.
Takut membahayakan orang lain
8.
Takut salah
9.
Takut dianggap tidak sopan
10.
Perlu ketepatan atau simetri
11.
Bingung atau keraguan yang berlebihan.
12.
Mengulang berhitung berkali-kali (cemas akan
kesalahan pada urutan bilangan)
Individu
yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif kadang memilki pikiran intrusif tanpa
tindakan repetatif yang jelas akan tetapi sebagian besar penderita menunjukkan
perilaku kompulsif sebagai bentuk lanjutan dari pikiran-pikiran negatif
sebelumnya yang muncul secara berulang, seperti ketakutan terinfeksi kuman,
penderita gangguan obsesif-kompulsif sering mencuci tangan (washer) dan
perilaku umum lainnya seperti diatas.
TREATMENT/PENANGANAN
Psikoterapi.
Treatment
psikoterapi untuk gangguan obsesif-kompulsif umumnya diberikan hampir sama
dengan gangguan kecemasan lainnya. Ada beberapa faktor OCD sangat sulit untuk
disembuhkan, penderita OCD kesulitan mengidentifikasi kesalahan (penyimpangan
perilaku) dalam mempersepsi tindakannya sebagai bentuk penyimpangan perilaku
yang tidak normal. Individu beranggapan bahwa ia normal-normal saja walaupun
perilakunya itu diketahui pasti sangat menganggunya. Baginya, perilaku
kompulsif tidak salah dengan perilakunya tapi bertujuan untuk memastikan segala
sesuatunya berjalan dengan baik-baik saja. Faktor lain adalah kesalahan dalam
penyampaian informasi mengenai kondisi yang dialami oleh individu oleh praktisi
secara tidak tepat dapat membuat individu merasa enggan untuk mengikuti terapi.
Cognitive-behavioural
therapy (CBT) adalah terapi yang sering digunakan dalam pemberian treatment
pelbagai gangguan kecemasan termasuk OCD. Dalam CBT penderita OCD pada perilaku
mencuci tangan diatur waktu kapan ia mesti mencuci tangannya secara bertahap.
Bila terjadi peningkatan kecemasan barulah terapis memberikan izin untuk
individu OCD mencuci tangannya. Terapi ini efektif menurunkan rasa cemas dan
hilang secara perlahan kebiasaan-kebiasaannya itu.
Dalam
CBT terapis juga melatih pernafasan, latihan relaksasi dan manajemen stres pada
individu ketika menghadapi situasi konflik yang memberikan kecemasan, rasa
takut atau stres muncul dalam diri individu. Pemberian terapi selama 3 bulan
atau lebih.
Farmakologi
Pemberian
obat-obatan medis berserta psikoterapi sering dilakukan secara bersamaan dalam
masa perawatan penderita OCD. Pemberian obat medis hanya bisa dilakukan oleh
dokter atau psikiater atau social worker yang terjun dalam psikoterapi.
Pemberian obat-obatan haruslah melalui kontrol yang ketat karena beberapa dari
obat tersebut mempunyai efek samping yang merugikan.
Obat
medis yang digunakan dalam pengobatan OCD seperti; Selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs) yang dapat mengubah level serotonin dalam otak, jenis obat
SSRIs ini adalah Fluoxetine (Prozac), sertraline (Zoloft), escitalopram
(Lexapro), paroxetine (Paxil), dan citalopram (Celexa)
Trisiklik
(Tricyclics)
Obat
jenis trisiklik berupa clomipramine (Anafranil). Trisiklik merupakan
obat-obatan lama dibandingkan SSRIs dan bekerja sama baiknya dengan SSRIs.
Pemberian obat ini dimulai dengan dosis rendah. Beberapa efek pemberian jenis
obat ini adalah peningkatan berat badan, mulut kering, pusing dan perasaan
mengantuk.
Monoamine
oxidase inhibitors (MAOIs). Jenis obat ini adalah phenelzine (Nardil), tranylcypromine
(Parnate) dan isocarboxazid (Marplan). Pemberian MAOIs harus diikuti pantangan
makanan yang berkeju atau anggur merah, penggunaan pil KB, obat penghilang rasa
sakit (seperti Advil, Motrin, Tylenol), obat alergi dan jenis suplemen.
Kontradiksi dengan MOAIs dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.